Pesan Cheemew Fars

PESAN DARI Image and video hosting by TinyPic :

LIHAT, BACA, CATAT

MARI BERKARYA

Tunjukan kemampuan diri dengan menghasilkan karya nyata

NOW or NEVER

Sabtu, 26 Februari 2011

Sebuhkan dari Penyakit Korupsi

Bicara Indonesia yang sedang mengalami sakit yang tidak juga kunjung sembuh, rasanya malu untuk membahasnya saat ini. Sakit disini bukan sakit raga setiap rakyatnya, akan tetapi lebih pada moral dan kehidupan bangsa ini. Malu rasanya diri ini bila tentang kehidupan di Negeri ini. Malu untuk bicara tentang 'ketegasan dalam menjalankan kewajiban'.

Sekarang ini banyak yang sedang membicarakan tentang kepentingan yang bisa menguntungkan diri sendiri. Sementara itu, tidak sedikit juga yang mengabaikan kewajibannya, demi mendapat hak yang sepenuhnya (bila bisa hak orang lain pun diambil juga). Salah satu hak itu adalah, hak untuk mendapat penghasilan atau kekayaan. Memang orang hidup itu diwajibkan untuk mencari penghasilan untuk nafkah hidupnya.

Wajib mencari nafkah penghasilan itu sendiri adalah penghasilan yang baik alias halal, tidak dengan kecurangan melanggar hukum atau haram. Akan tetapi untuk saat ini, berbagai cara pun dilakukan untuk mendapat penghasilan yang bisa membuat kaya. Tidak peduli walau itu melanggar hukum. Dan salah satu tindakan tersebut adalah serakah, yang memang melanggar hukum itu yang membuat sakit bangsa ini sekarang.

Sakit Bangsa ini disebabkan penyakit serakah untuk memperkaya kehidupan. Serakah itulah yang jadi penyebab orang tidak peduli untuk mengambil yang bukan haknya, walau itu melanggar hukum. Serakah merupakan sumber masalah, karena serakah akhirnya orang jadi korupsi. Ya, korupsi akibat rasa serakah itulah bangsa ini sakit yang tidak juga kunjung sembuh.

Korupsi seakan sudah jadi nafas di Negeri ini. Kata korupsi sendiri saya ketahui sejak masih SD dulu. Dari dulu sampai saat ini, saya tidak percaya dengan ketegasan 'Negara' untuk memberantas pelaku korupsi. Kenapa demikian, karena saya tidak pernah mengetahui seberapa tegas pemberantasan itu dilakukan, karena memang buktinya juga tidak bisa berbicara, berbicara seberapa ketegasannya.

Kesemua pelaku korupsi itu mendapat hidup yang nikmat, walaupun ia akan diberikan ketegasan. Dari dulu saya berharap ketegasan dari Negara ini. Seandainya bisa tegas, tentunya telinga ini tidak akan terlalu sering mengengar kata korupsi ini. Harapannya sih bukan katanya saja yang hilang dari perbincangan, namun para pelakunya yang lenyap dari kehidupan ini.

Tiap kali mendengar kata korupsi, suadah barang tentu saya ingat dengan pelaku korupsi yang 'mengenalkan' kata korupsi dulu, siapa lagi kalo bukan 'Bapaknya korupsi (Bapak Koruptor)' Edi Tansil si manusia Rp1,3Trliun. Begitulah saya menyebutnya. Bagaimana ya kabarnya sekarang, kemana perginya, dimana dia sekarang? Ah, ada tidakkah yang masih mencari si Bapak 1,3T ini untuk diberi ketegasan hukum? Rasanya saya tidak yakin masih ada!!!

Jangankan Edi Tansil bapak koruptor yang saya kenal nama itu sejak jaman saya SD dulu, sudah belasan tahun itu sirna. Sudah 5 Presiden juga yang saya lewati, dan kelima nya belum ada yang tegas terhadap para koruptor. Para koruptor masih bisa lenggak-lenggok bagai model yang tidak pernah bersalah karena serakah melangar hukum mengambil yang bukan haknya. Memang saat ini juga saya belum yakin jika ketegasan itu akan terwujud. Boro-boro si Bapak 1,3T, yang saat ini masih dicoba diadili aja belum tuntu bisa diberi hukuman yang tegas.

Ucap saya sih percuma saja jika hanya diberi ketegasan untuk menginapkan mereka, apakah 5 tahun, 10 atau 20 tahun, itu percuma. Yang bisa dibilang tegas itu contohnya (saat ini) adalah pemerintah China. TEGAS MENGHUKUM PARA KORUPTOR dengan HUKUMAN MATI dan SEMUA KEKAYAANnya DISITA.

Jika disini tidak bisa seTEGAS itu., saya ada sedikit saran untuk di'cemooh' oleh semua. Sekarang percuma saja, jika diberi ketegasan diinapkan 10 tahun misalnya. Tapi mereka bisa kembali 'berjinjit' dengan cepat karena mendapat 'guntingan' waktu inapan mereka. Jadi saran saya begini, dari pada tahunan mereka diinapkan (kasihan, jangankan tahunan, baru beberapa minggu saja mereka sudah tidak betah dan rindu sama keluarga) mending diberi wejangan seminggu saja sebagai ganti inapan mereka yang tahunan itu. Lantas wejangan nya apa? Hari pertama (24 Jam) ia harus minta maaf pada rakyat ini. Semua stasiun TV, radio, media cetak, dan di internet memuat pernyataan maaf dan pengakuannya kalau ia adalah sang koruptor. Hari ke2, ia turun kejalan membersihkan sampah-sampah di jalan dari mulai di Senayan sampai di Monas tanpa alas kaki, kaos oblong, kaki dirantai, dan diberi tulisan "AKU SEORANG KORUPTOR". Hari ke 3, ia harus berdiri hormat seharian di Tugu Proklamator. Hari ke 4, menulis kalimat "AKU MENYESAL JADI KORUPTOR" sebanyak 10000 kalimat di bawah Tugu Pancoran sambil duduk tanpa alas. Hari ke 5, mengucapkan "AKU MENYESAL TELAH KORUPSI dan AKU TIDAK AKAN MENGULANGINYA LAGI" di depan pintu masuk gedung DPR/MPR RI. Hari ke 6, keliling jalan kaki tanpa alas kaki, dari Gelora Bung Karno ke Taman Makam Pahlawan Kalibata terus ke Tugu Monas sambil menyanyikan lagu "AKU SEORANG KORUPTOR, TUKANG NYOLONG DUIT RAKYAT, DAN SEKARANG AKU MENYESAL, AKU BERJANJI TIDAK AKAN MENGULANGINYA LAGI". Hari ke 7, berendam seharian di kolam air mancur Bundaran HI, sambil menyanikan lagu diatas, dan diberi gambar dirinya yang besar dengan tulisan lagu tersebut. Selama tujuh hari ia harus puasa dari mulai bedug Subuh, sampai bedug Magrib. Selama tujuh hari juga ia tidak boleh ganti pakaian kaos oblongnya. Ia hanya boleh tidur 1 jam sehari, yaitu pada jam 02.00 s/d 04.00. Makannya sehari satu kali, yaitu makan ubi atau singkong mentah dan minumnya air dari pancuran Bundaran HI.

Sudah barang tentu diantara anda yang membaca akan banyak yang bilang ini penyiksaan yang tidak manusiawi. Itu wajar-wajar saja, karena disini belum bisa tegas, jadi saya beri alternative singkat. Jika dianggap tidak manusiawi, maka ia harus bersedia seluruh hartanya disita dan atau dihukum mati. Kalau seperti itu terus korupsi tidak akan pernah mati dan korupsi akan terus jadi cerita yang bersambung, bersambung tanpa ada akhir. Jika sudah demikian, maka tulisan seperti ini juga akan terus ditulis tanpa henti dan terus bersambung. Dan tulisan ini pun akan terus bersambung dan bersambung seperti sakit yang tidak kunjung sembuh, yang membuat saya malu akan Negeri ini yang tidak bisa tegas, seakan ini terus bersambung.

Bersambung!!!

Tidak ada komentar: